 
  Pemakaian High Voltage Direct Current transmission (HVDC) atau dalam istilah Bahasa Indonesia dikenal sebagai transmisi daya arus searah  (TDAS) sebenarnya sudah dimulai sejak awal pertama kali listrik  dikembangkan. 
 Pada tulisan ini akan dipaparkan secara ringkas teknologi, konfigurasi, dan aplikasi dari transmisi daya arus searah (HVDC).
 ***
 HVDC mulai dipakai kembali karena teknologi tabung/mercury-arc  sudah mulai mapan sehingga konverter daya ac/dc atau dc/ac bisa dibuat,  suatu hal yang tidak bisa dilakukan pada tahun 1880-an yang  mengakibatkan sistem arus searah Edison kalah dari sistem arus  bolak-balik Westinghouse. Teknologi tabung mercury-arc sendiri  hanya bertahan sekitar 20 tahun sampai ditemukannya thyristor pada  sekitar tahun 1970. Thyristor ini yang menjadi dasar perkembangan pesat  dari teknologi HVDC karena bisa dibuat untuk keperluan daya besar,  dibandingkan transistor/IGBT yang dengan teknologi saat ini memiliki  kapasitas daya lebih kecil daripada thyristor. Satu dekade terakhir,  perkembangan teknologi IGBT memungkinkan konverter untuk HVDC dibuat  dengan menggunakan IGBT (Gambar 1), walaupun kapasitas dayanya masih  lebih kecil daripada sistem HVDC yang menggunakan konverter thyristor.
 
- Gambar 1. Perkembangan saklar statis untuk HVDC [1
 Dimulai dari 20MW di Swedia, sekarang  ini sudah lebih dari 100 jalur transmisi HVDC yang aktif di dunia dengan  total kapasitas mencapai lebih dari 80GW (Gambar 2) tersebar mulai dari  Amerika Utara, Skandinavia, Jepang, China, India, Brazil, dsb. Dimulai  dari tegangan 100 kV hingga sekarang mencapai 500kV, dan 800kV sedang  dalam tahap pembangunan. Beberapa proyek HVDC yang cukup terkenal  diantaranya Gotland HVDC di Swedia selain HVDC pertama juga merupakan  HVDC yang menggunakan thyristor pertama kali; Itaipu HVDC di Brazil (2 x  3150MW, +/- 500kV, 800 km) yang merupakan sistem HVDC terbesar saat  ini, Kii-Channel HVDC di Jepang (1400MV, +/- 250kV) yang menggunakan  thyristor light-triggered 8kV - 3500A.
 
- Gambar 2. Total kapasitas HVDC [2]
 Teknologi HVDC
 Terdapat 2 jenis teknologi konverter ac/dc/ac yang digunakan pada sistem HVDC saat ini. HVDC yang menggunakan Current source converter (CSC) komutasi jala-jala menggunakan thyristor dan HVDC yang menggunakan Voltage source converter (VSC) yang menggunakan IGBT.
 Teknologi CSC-HVDC sudah sangat mapan  untuk konverter berdaya sangat besar. Untuk keperluan diatas 1000MW  teknologi ini menjadi satu-satunya pilihan saat ini. Itaipu HVDC adalah  sistem HVDC terbesar saat ini yang beroperasi secara komersil  menggunakan CSC-HVDC. Proyek CSC-HVDC terbesar yang sedang dibangun saat  ini adalah Xiangjiaba – Shanghai HVDC yang mentransmisikan daya 6400MW  pada 800kV sejauh 2071 km.
 Komutasi jala-jala merupakan salah satu  kelemahan yang ada pada CSC-HVDC, akibatnya pada HVDC yang menggunakan  CSC diperlukan jaringan arus bolak-balik yang kuat di sisi kirim maupun  sisi terima. Gambar 3 menunjukkan HVDC yang menggunakan CSC.
 “]

 Gambar 3. CSC-HVDC [3
 VSC-HVDC merupakan perkembangan  terbaru dari teknologi HVDC. Hampir sejak satu dekade terakhir, beberapa  proyek VSC-HVDC berhasil dibangun dan mencapai tahap komersil.  Keunggulan VSC-HVDC dibanding CSC-HVDC adalah kemampuannya untuk  komutasi tanpa bergantung kondisi jala-jala, pengaturan daya aktif dan  reaktif yang independen, serta kemampuan untuk black-start. Keunggulan  tersebut membuat VSC-HVDC menarik untuk aplikasi penyaluran daya ke  beban berjarak jauh yang tidak memiliki sumber jala-jala lokal, seperti  pada anjungan lepas pantai, dsb.
 Kelemahan VSC-HVDC adalah teknologi IGBT  sekarang belum mampu untuk melayani transmisi daya berkapasitas besar  seperti halnya CSC-HVDC. Proyek VSC-HVDC terbesar saat ini adalah  Ciprivi Line HVDC di Namibia yang berkapasitas 300MW pada 350kV sejauh  970 km. Gambar 4 menunjukkan HVDC yang menggunakan VSC.
 “]

 Gambar 4. VSC-HVDC [3
 Konfigurasi HVDC
 Pemilihan konfigurasi sangat bergantung  pada kondisi lokal, tujuan, dan faktor ekonomi. Baik VSC ataupun  CSC-HVDC dapat menggunakan konfigurasi yang sama, modifikasi dapat  dilakukan bergantung kondisi lokal masing-masing.
 Back-to-back
 Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar  5. Pada konfigurasi ini gardu induk konverter berada pada lokasi yang  sama dan tidak menggunakan saluran arus searah jarak jauh. Umumnya  konfigurasi ini berfungsi sebagai interkoneksi frekuensi antara dua  sistem arus bolak-balik yang berdekatan, walaupun konfigurasi ini juga  bisa dipakai pada interkoneksi dua sistem arus bolak-balik yang memiliki  frekuensi yang sama.
 “]

 Gambar 5. Konfigurasi  HVDC back-to-back [3
 Monopolar
 Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar  6. Pada konfigurasi ini dua gardu induk konverter dipisahkan menggunakan  satu saluran arus searah berjarak jauh, berbeda dengan konfigurasi back-to-back  yang hanya membutuhkan satu lokasi saja. Saluran arus searah yang  dipakai hanya memiliki 1 kutub tegangan, bisa positif saja atau negatif  saja, sehingga tanah diperlukan sebagai saluran balik arus.
 “]

 Gambar 6. Konfigurasi HVDC monopolar [3
 Bipolar
 Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar  7. Pada konfigurasi ini dua gardu induk konverter dipisahkan menggunakan  dua saluran arus bolak-balik yang berbeda kutub tegangan, satu positif  dan satu lagi negatif. Relatif terhadap tanah, konfigurasi bipolar  merupakan dua buah konfigurasi monopolar yang berbeda kutub tegangan,  sehingga masing-masing monopolar dapat dioperasikan secara independen.  Pada keadaan normal arus yang mengalir melalui tanah akan bernilai nol  akibat dua kutub monopolar yang berbeda. Keunggulan konfigurasi ini  adalah salah satu kutub tegangan tetap dapat beroperasi ketika kutub  tegangan yang lainnya tidak beroperasi akibat gangguan atau alasan lain.  Reliabilitas konfigurasi ini lebih baik daripada konfigurasi monopolar.
 “]

 Gambar 7. Konfigurasi HVDC bipolar [3
 Multiterminal
 Konfigurasi ini ditunjukkan pada Gambar  8. Konfigurasi ini adalah perluasan dari konfigurasi bipolar dengan  menempatkan gardu konverter baru di tengah-tengah saluran bipolar.  Jumlah saluran masuk di tengah-tengah konfigurasi bipolar tidak dibatasi  hanya satu, melainkan bisa banyak sesuai dengan keperluan.
 Pemanfaatan HVDC
 Penggunaan sistem transmisi arus  bolak-balik yang sudah menyeluruh memang memberikan keuntungan harga  yang lebih kompetitif karena pasar dan produsen sudah sama-sama mapan,  dibandingkan dengan transmisi HVDC yang masih relatif lebih sedikit  pemakainya. Namun sistem HVDC akan dipandang lebih menguntungkan  dibandingkan sistem ac pada beberapa aplikasi tertentu.
 Transmisi jarak jauh
 Pada transmisi daya besar dengan jarak  yang jauh, HVDC memberikan alternatif yang kompetitif secara ekonomi  terhadap sistem transmisi arus bolak-balik Terlepas dari adanya tambahan  rugi-rugi akibat penggunaan konverter dibandingkan pada sistem arus  bolak-balik, rugi-rugi saluran pada transmisi HVDC bisa lebih kecil  30%-50% dari ekuivalen saluran arus bolak-balik pada jarak yang sama.  Pada jarak yang sangat jauh, sistem transmisi arus bolak-balik  membutuhkan gardu induk di tengah saluran dan juga kompensasi reaktif.  Dibandingkan dengan transmisi arus searah yang tidak memerlukan gardu  induk intermediet. Jarak tipikal yang dianggap pemakaian sistem HVDC  akan menguntungkan secara ekonomis daripada transmisi arus searah adalah  sekitar 500 km keatas.
 Penggunaan kabel
 Pada kasus jika penggunaan kabel  diperlukan, seperti pada transmisi yang melewati laut, atau transmisi  yang dirancang bawah tanah, penggunaan HVDC memberikan keuntungan lebih  secara ekonomis daripada penggunaan kabel arus bolak-balik. Permasalahan  lain pada penggunaan kabel dengan sistem arus bolak-balik adalah  penurunan kapasitas daya kabel karena jarak yang jauh akibat daya  reaktif yang cukup tinggi. Ini dikarenakan karakteristik kabel yang  memiliki kapasitansi yang lebih besar dan induktansi yang lebih kecil  daripada ekuivalen konduktor udara.
 Interkoneksi frekuensi
 Interkoneksi antara 2 area yang berbeda  frekuensi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan HVDC untuk menjamin  kelangsungan operasi yang handal. Contohnya adalah gardu induk  Shin-Shinano 600 MW yang menghubungkan Jepang bagian barat yang  berfrekuensi 60 Hz dengan Jepang bagian timur yang berfrekuensi 50 Hz.  Tidak hanya pada kasus seperti Shin-Shinano yang beda frekuensi operasi  diantara dua terminalnya, beberapa kasus lain menggunakan konverter  frekuensi HVDC untuk menghubungkan antara dua perusahaan listrik yang  berbeda. Selain untuk pengaturan aliran daya, hal ini dimaksudkan untuk  melindungi area perusahaan satu dari fluktuasi frekuensi di perusahaan  tetangga disamping juga untuk mencegah menjalarnya gangguan akibat dari  perusahaan tetangga.
 Kesimpulan
 Pada tulisan ini telah dipaparkan  teknologi, konfigurasi, dan aplikasi dari transmisi daya arus searah  (HVDC). Pada aplikasi tertentu transmisi HVDC memiliki keuntungan  dibandingkan transmisi arus bolak-balik.
 Referensi- M.P. Bahrman dan B.K. Johnson, The ABCs of HVDC Transmission Technologies, IEEE Power & Energy Magazine.
- W. Long dan S. Nilsson, HVDC Transmission: Yesterday and Today, IEEE Power & Energy Magazine.
- N. Flourentzou, V.G. Agelidis, dan G.D. Demetriades, VSC-based HVDC Power Transmission System: An Overview, IEEE Trans. on Power Electronics.
- B.R. Andersen, HVDC Transmission – Opportunities and Challenges, IEEE paper.
- M. Hirose, S. Hara, dan Y. Makino, Outline of the Kii Channel HVDC Link, IEEE paper. *Gambar sampul diambil dari http://pterra.us


 


0 komentar:
Posting Komentar